Sagu Makanan Khas Papua
Papua kali ini mencoba bercerita tentang Sagu, makanan khas warga Papua. Bagaimana Sagu didapatkan dan cara pengolahannya. Bagi masyarakat Papua, Sagu adalah salah satu hal yang terpenting dalam hidup mereka. Hanya sebagian kecilnya saja yang sudah mengenal beras atau nasi, sedangkan makanan pokok dan utama mereka tetaplah Sagu.Untuk memanen Sagu saja, masih banyak masyarakat Papua yang memulainya dengan upacara khusus. Hal tersebut adalah sebagai penghormatan dan rasa terimakasih atas hasil panen yang melimpah dan mampu mencukupi kebutuhan makanan bagi keluarga mereka.
Hamparan tanaman sagu di Papua, diperkirakan adalah yang terluas di dunia, denagn menguasai 85 persen total luas tanaman sagu di seluruh Indonesia. Papua adalah propinsi penghasil sagu terbesar, dan luasnya tak kurang dari 700.000 hektar lahan sagu.
Secara turun temurun, masyarakat Papua mampu memilih bibit sagu yang baik. Dan mereka secara tradisional bergantung kepada alam, serta mengolah sagu dengan tenaga manual. Alat-alatpun mereka ciptakan sendiri menyesuaikan dengan teknik pengolahan sagu yang mereka kuasai. Tak ada bantuan mesin, semuanya mereka kerjakan sendiri.
Tanaman sagu sudah bisa dipanen jika berumur dua sampai tiga tahun. Dalam satu keluarga, mereka bergotong-royong memanen sagu, dan akan mendapatkan sekitar 150 hingga 300 kilogram sagu yang bisa memenuhi kebutuhan makanan mereka selama dua minggu hingga satu bulan. Awalnya, pohon sagu ditebang dan kemudian batangnya dikuliti. Dengan menguliti batang sagu tersebut, didapatkanlah intinya, yang merupakan sagu yang berada di dalam pohon.
Inti pohon sagu tersebut kemudian dibelah hingga didapatkan ukuran yang lebih kecil. Setelah itu, diambil dan ditumbuk. Penumbukan sagu dilakukan dengan alat yang disebut pangkur. Pangkur ini bentuknya lancip, mirip dengan tombak pada ujungnya. Berbentuk menyerupai cangkul yang berfungsi menghancurkan sagu menjadi potongan kecil-kecil menyerupai serat. Yang selanjutnya kemudian dicampur dengan air. Pada proses selanjutnya, sagu akan mengendap dan memisahkan diri dari air, endapan tersebut yang akan dipadatkan dan dibentuk seperti bola atau lontong dan disimpan dalam wadah-wadah khusus.
Wadah khusus tersebut bernama tumang, sebuah keranjang yang terbuat dari rotan tempat menyimpan sagu yang dihasilkan dari pohon. Sagu kemudian dibakar agar lebih awet dalam menyimpan. Jika ingin makan, sagu dapat diolah menjadi bubur atau masakan lain. Lebih nikmat jika dimakan dengan ikan, hewan hasil buruan atau sayur mayor yang mereka temukan di hutan.
Komentar :
Posting Komentar